30 Mahasiswa NTB Dipulangkan atas Sudan karena Situasi Perang

30 Mahasiswa NTB Dipulangkan atas Sudan karena Situasi Perang 30 Mahasiswa NTB Dipulangkan atas Sudan karena Situasi Perang

Mataram, Sobat - Seadi 30 mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat (NTB) adapun sempat terjebak dalam daerah perang saudara dalam Ibu Kota Khartoum, Sudan, berhasil dipulangkan bersama semasiht ke Tanah Air. Mereka saat ini berada dalam Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

"Info terakhir kami terima dari Kemenlu, 30 mahasiswa asal NTB sudah sampai ke Indonesia. Sudah dievakuasi dari Khartoum kemudian Jeddah, Saudi Arabia. Pemerintah melalui Kemenlu sudah memulangkan mereka ke Indonesia selanjutnya berada dempet Asrama Haji Jakarta," kata Direktur Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) NTB Lalu Lauhul Hamdi dikonfirmasi Sobat, Jumat (28/4/2023).

LPP NTB merupakan lembaga yang dibentuk Pemprov NTB dekat bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Hj. Sitti Rohmi Djalilah. LPP NTB mengirim anggota-anggota muda NTB kuliah ke luar lewat program Beasiswa NTB.

1. Semua mahasiswa NTB sudah dievakuasi dari Sudan

Hamdi menyebutkan jumlah mahasiswa asal NTB yang kuliah S1 menyertai S2 dengan Sudan seluber 30 orang. Di masa pemerintahan Gubernur menyertai Wakil Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyertai Hj. Sitti Rohmi Djalilah, seluber 13 mahasiswa S1 dikirim ke Sudan. Sisanya merupakan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa lain.

Hamdi menjelaskan semua mahasiswa asal NTB adapun sebelumnya terjebak perang saudara di Sudan sudah dievakuasi ke Indonesia. Tetapi, mereka masih ditampung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

"Mereka belum sampai ke NTB tetapi masih hadapan Jakarta. Karena ada gairah yang mesti dilantasi hadapan Jakarta. Namun seluruh mahasiswa sudah dievakuasi," ucap Hamdi.

2. Kelanjutan perkuliahan mahasiswa NTB dalam Sudan

Hamdi mengungkapkan dirinya tetap berkomunikasi atas ketua rombongan mahasiswa NTB yang dievakuasi dari Sudan.

"Kami sudah kontak memakai ketua rombongan mereka, sejak mereka berada pada Sudan maupun dievakuasi ke kapal Pemerintah Arab Saudi. Kami tetap melakukan komunikasi memakai mereka," akuratnya.

Terkait kelanjutan perkuliahan mahasiswa NTB hadapan Sudan, Hamdi mengatakan semua pihak masih menunggu situasi hadapan negara Afrika itu terkendali. Pemerintah Sudan melangsungi pihak kampus seloyalnya sudah punya beberapa alternatif terkait dengan perkuliahan mahasiswa.

"Tapi karena pemerintah memilih mengevakuasi mahasiswa maupun WNI pada Sudan maka mereka mengikuti arahan pemerintah para ustaz selanjutnya dosen pada sana," menyiah Hamdi.

3. Konflik bersenjata di Sudan hendak jadi pertimbangan pengiriman mahasiswa NTB

Hamdi menambahkan konflik bersenjata di Sudan akan selaku pertimbangan secara pengiriman mahasiswa. Kemungkinan akan ada moratorium pengiriman mahasiswa NTB maupun tenaga kerja Indonesia ke Sudan.

"Kita masih menunggu arahan dari Kemenlu supaya tidak ada hal yang terjadi," tandasnya. Pemprov NTB mencatat sepenuh 5.595 putra daerah telah diberikan beasiswa kuliah di kedalam selanjutnya luar negeri. Dari jumlah itu, sepenuh 723 putra daerah dikirim kuliah ke luar negeri atas 11 negara.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB Amry Rakhman menjelaskan pengiriman putra daerah bagi kuliah hadapan ekstra dalam dan luar negeri merupakan program unggulan Beasiswa NTB 1.000 Cendikia yang sudah dimulai sejak akhir 2018 lantas. Sampai tahun 2022, jumlah anak NTB yang dikirim memahirkan hadapan ekstra dalam dan luar negeri seberlimpah 5.595 orang.

Dari 5.595 putra daerah yang mendapatkan Beasiswa NTB, sebesar 723 orang beserta tujuan luar negeri dan 4.872 orang dalam dalam negeri. Untuk 723 orang yang dikirim kuliah ke luar negeri, sebesar 419 orang sudah menyelesaikan kuliahnya atau sekitar 58 persen. Sedangkan sebesar 304 orang masih kuliah dalam luar negeri.

"Sebarannya dekat jumlah benua, yaitu Eropa, Australia, dan Asia. Di Eropa, bagai negara Polandia, Rusia, Ceko, Hungaria. Kemudian dekat Asia, bagai Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Singapura. Sisanya ke Australia dan Sudan. Sekitar 11 negara, dan ini data tahun 2022," jelas Amry.